Penggila Es Krim
Penggila Es Krim
Katie penyuka es krim tapi sangat jarang makan es krim karena harganya yang cukup mahal.
Pandangan Katie tidak bisa lepas dari etalase yang memajang sederetan variasi rasa es yang menggiurkan. Bahkan Kinsey harus menarik paksa tangannya untuk menjauhkannya dari etalase.
Kinsey tidak habis pikir bagaimana anak perempuan ini bisa memiliki tenaga yang sangat besar. Bahkan dia harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk membuat tubuh Katie bergerak dari tempatnya.
Sementara Katie sendiri sedang memandang etalase yang semakin jauh dari pandangannya dengan sedih. Dia tidak ingin beranjak dari etalase tapi dia tidak memberontak saat Kinsey menariknya paksa dan naik ke lantai dua melewati beberapa anak tangga.
Saat itulah keduanya melihat seorang wanita cantik sedang duduk disana. Senyumannya bak matahari yang menyilaukan. Warna rambutnya coklat kemerahan sedangkan matanya coklat gelap dengan sinar mata yang menyilaukan.
Kulitnya putih bersih seperti seorang putri kerajaan dan bibirnya merah seperti buah stroberi yang enak.
Wanita itu sangat cantik. Katie tidak pernah melihat wanita secantik ini sebelumnya. Wanita itu seperti seorang malaikat yang turun ke bumi.
"Halo, kita bertemu lagi, Kinsey." sapa wanita itu dengan senyuman lebar.
Kinsey memberikan dua buket bunga anyelir merah muda kepada wanita itu dengan sopan.
"Kenapa kau memberiku dua?"
"Pengganti pertemuan yang lalu. Maaf, saya tidak bisa datang waktu itu."
Wanita itu tersenyum sambil menikmati aroma harum bunga yang diterimanya.
Kemudian matanya menangkap anak perempuan imut disebelah Kinsey.
"Kau membawa teman. Dia cantik sekali." puji wanita itu membuat Katie tersenyum lebar.
"Hari ini ulang tahunnya. Apakah dia boleh ikut dengan kita?"
"Tentu saja. Aku akan memesan kue tart dan kalian boleh makan es krim sepuasnya."
"Benarkah??"
Apakah Kinsey yang menyerukannya? Bukan. Tapi anak perempuan bertenaga besar di sebelahnya.
"Tentu saja." jawab wanita dewasa tersebut sambil tertawa kecil. "Namaku Chloeny. Siapa namamu?"
"Namaku Katleen Morse. Teman-temanku memanggilku Kapten Kei!" seru Katie dengan antusias.
"Kenapa kau dipanggil Kapten Kei?" kali ini Kinsey yang bertanya.
"Karena disini akulah anak yang paling kuat."
"Memangnya itu pantas dibanggakan?"
"Apa kau bilang?"
"Jika kau tidak dengar, bukan salahku."
"..." Katie tidak bisa membalas ucapan sarkas anak disebelahnya.
Entah kenapa dia merasa jengkel dan menjadi tidak suka dengan anak ini. Kenapa dia merasa seperti pernah mengalami adegan mirip seperti ini sebelumnya?
Sementara itu Chloe yang hanya bisa diam mendengarkan perdebatan kecil. Dia tidak bisa tidak teringat pada anak perempuannya mendengar nama lengkap Katie.
"Katleen. Namamu mirip dengan Catherine."
Dua anak kecil langsung memandang Chloe dengan tatapan bingung yang menggemaskan.
"Siapa itu Catherine?" tanya Kinsey.
Chloe hanya tersenyum dan mengajak dua anak imut dihadapannya segera duduk sementara dia memesan kue tart.
Satu buah kue tart dengan panjang dua puluh lima senti dan lebar dua puluh senti datang sepuluh menit kemudian. Kue tersebut dilapisi coklat dengan krim putih berbentuk cantik di atasnya. Ada beberapa macam buah mengumpul jadi satu di bagian atas. Sementara di bagian bawah ada lempeng coklat bertuliskan 'Happy Birthday'.
Jelas sekali kue tart itu sengaja dipesan khusus untuk Katie yang berulang tahun ke tujuh.
Kinsey hanya sanggup menghabiskan dua potong besar. Setelah itu dia merasa kenyang dan ngeri melihat Katie menghabiskan lebih dari separuh dari ukuran aslinya.
Anehnya, cara makan Katie tidak terlihat seperti anak yang rakus. Justru sebaliknya, Katie memakannya dengan anggun dan elegan.
"Sepertinya kau sangat menyukainya." Chloe tidak bisa menyembunyikan rasa kekagumannya pada Katie.
"Iya, aku sangat menyukainya. Terima kasih Nyonya Chloe."
"Dengan senang hati, Kapten Kei."
Senyuman Katie melebar mendengar nama julukan kerennya disebut.
Ketiganya berbincang-bincang dengan gembira. Yang paling banyak bercerita adalah Katie. Tampaknya dia memiliki ribuan cerita mengenai pengalamannya bermain menjelajahi hutan.
Seperti saat dia pernah berhadapan dengan serigala putih di dasar gunung, atau saat menyelamatkan anak beruang yang terluka. Semula Katie ingin memeliharanya, tapi dilarang oleh kedua orangtuanya. Beruang itu akan bertumbuh besar dan rumahmya tidak akan bisa menampungnya sehingga Katie harus melepasnya kembali ke hutan disaat bayi beruang tersebut sudah pulih dan menjadi lebih kuat.
Pancaran mata Chloe bersinar-sinar kagum akan kehidupan alam yang dialami Katie. Sementara Kinsey hanya melongo tidak percaya apa yang baru saja didengarnya.
Anak disebelahnya ini sering menemui binatang buas dan tidak terluka?! Terlebih lagi, anak ini berani memegang berbagai serangga yang menjijikan di hutan?
Kinsey tidak tahu apakah harus merasa takut atau terperangah akan kehidupan unik Katie. Yang dia tahu.. keinginannya untuk menjadi teman anak bertenaga besar disebelahnya semakin besar.
Beberapa menit kemudian, Chloe memesan es krim yang sudah ditunggu-tunggu Katie sedari tadi.
Begitu es krim pesanan mereka tiba, Katie memakannya dengan penuh nikmat. Baik Chloe maupun Kinsey terpesona melihat cara Katie menikmati es krimnya. Katie memasang ekspresi seolah hidangan di depannya adalah makanan terlezat di dunia.
Sepasang mata amber yang sesekali terpejam untuk menikmati hidangannya, serta kedua pipi bersemu merah tiap kali mulutnya melebar membuahkan senyuman manis.
Betapa cantiknya.
Dua pasang mata yang lebih memperdulikan ekspresi Katie memiliki pikiran yang sama. Keduanya sama-sama lamban dalam menghabiskan es krimnya masing-masing. Katie yang pertama kali selesai menyelesaikan es krimnya. Padahal jumlah scoop didalam gelas Katie lebih banyak dibandingkan milik Chloe dan Kinsey. Tapi Katie menghabiskan esnya terlebih dulu.
"Nona pertama, sudah saatnya kembali." bisik seorang pria ke arah telinga Chloe.
"Sayang sekali. Aku harus kembali. Senang bertemu denganmu Kapten Kei. Aku harap kita bisa bertemu lagi."
Katie tersenyum lebar menanggapinya.
Kemudian Chloe bangkit berdiri menuruni tangga dan keluar menuju ke mobilnya.
"Kau tidak ingin bilang sesuatu?" Katie bertanya pada Kinsey yang kini kebingungan menghadapi pertanyaannya.
"Bilang apa?"
"Entahlah. Biasanya tiap kali seorang ibu harus pergi, bukankah anaknya akan merengek ingin ikut? Kupikir kau juga sama."
"Apa maksudnya?"
"Bukankah Nyonya Chloe adalah ibumu?"
"Hah?"
"Kalian memiliki warna rambut dan mata yang sama. Bentuk hidungmu sama persis dengan beliau. Sekali lihat saja aku bisa menduga kalau kalian ibu dan anak." jelas Katie sambil mendesah. Dia merasa seperti sedang menjelaskan pada anak kecil mengapa langit bewarna biru atau mengapa ikan hanya bisa hidup di air. "Kenapa kau memandangku seperti itu?" Katie menelengkan kepalanya tidak mengerti karena kini Kinsey memandangnya dengan tatapan aneh.
Sedetik kemudian, Kinsey bangkit berdiri dan segera berlari menyusul Chloe. Dia bahkan nyaris terjatuh karena melompati dua anak tangga sekaligus agar lebih cepat tiba di lantai dasar.
Begitu melewati pintu toko, Kinsey menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari sosok Chloe. Disaat dia mengenali sebuah mobil mewah yang dinaiki Chloe, Kinsey segera berlari mengejarnya tanpa memperdulikan Karel yang memanggilnya.
Sayangnya... kaki kecil Kinsey tidak cukup cepat menyusul mobil yang terus melaju dengan kecepatan tinggi. Napas Kinsey tersengal-sengal dan hanya bisa menatap nanar ke arah menghilangnya mobil.
Tidak lama kemudian Karel disusul Katie berhasil mengejarnya.
"Tuan muda, kenapa anda berlari seperti ini? Apa yang terjadi?"
Kinsey menoleh ke arah supirnya dengan tatapan tajam. Untuk sejenak Karel mengira dia sedang berhadapan dengan tuan besarnya. Apakah tuan mudanya sedang merasa kesal?
"Apakah ada masalah?" tanya Karel sekali lagi karena Kinsey masih memilih untuk diam.
'Apa benar Chloeny adalah mama? Jadi selama ini aku bertemu dengannya tanpa tahu kalau dia adalah mama? Kenapa kalian tidak memberitahuku? Kenapa papa tidak menemui mama? Apakah mama membenciku dan tidak menginginkanku? Apakah papa dan mama saling membenci? Kenapa papa menyuruhnya memberikan bunga tiap enam bulan?'
Puluhan pertanyaan berkumpul di pikirannya, namun dia tidak berani mengutarakannya. Bagaimana kalau wanita itu ternyata bukan ibunya? Bagaimana kalau dia salah?
Kinsey melirik ke arah Katie yang kini memiliki wajah semerah rambutnya. Kinsey tersenyum kecil mengetahui kelemahan Katie. Anak itu boleh saja bertenaga besar, tapi tidak kuat lari lama-lama.
"Hei, apa kau sakit? Kenapa tiba-tiba kau diam saja?" tanya Katie sambil terengah-engah akibat berlarian.
"Tidak apa-apa. Aku ingin pulang. Ayo kita pulang." Kinsey menjawabnya dengan senyuman.
Sebelum menuju ke bandara, Kinsey mengantar Katie pulang terlebih dahulu. Selama perjalanan, mereka berdua tersenyum bahagia namun dengan alasan berbeda.
Katie tersenyum puas karena akhirnya dia bisa menikmati es krim terenak di Lousiana. Sedangkan Kinsey tersenyum bahagia karena memikirkan ada kemungkinan wanita yang selama ini tidak disukainya adalah ibu kandungnya.
Meskipun masih ada kemungkinan Chloe bukanlah ibunya, setidaknya untuk saat ini Kinsey akan menantikan pertemuan mereka berikutnya. Kali ini dia tidak akan bersikap dingin pada Chloe seperti yang selama ini ia lakukan.
Tidak lama kemudian, mobil terparkir di tempat parkiran. Kemudian Karel menemani tuan mudanya untuk mengantar Katie melewati jalanan kecil menuju ke rumahnya.
Setelah dua puluh menit berjalan kaki, mereka melihat sebuah rumah kayu kecil yang berdiri dengan kokoh tidak jauh dari mereka.
"Sudah sampai. Itu rumahku. Terima kasih sudah memberiku es krim terenak di dunia ini." sahut Katie dengan nada gembira.
"Kudengar yang tadi itu es krim terenak di kota ini."
"Di dunia." sambung Katie dengan mantap.
"Aku yakin tidak ada es krim seenak tadi."
"Bagaimana kau tahu? Kau kan belum mencicipi es krim di dekat rumahku. Disana rasanya jauh lebih enak dari yang tadi."
"Benarkah? Kalau begitu..." Katie membuka telapak tangannya dan menjulurkannya pada Kinsey seolah meminta sesuatu. "Berikan padaku. Aku akan mencobanya dan menilai apakah benar lebih enak dari tadi atau tidak."
Mulut Kinsey terbuka tidak sanggup berkata-kata lagi. Apakah anak ini penggila es krim? Bisa-bisanya langsung minta diberikan es krim setelah memakan habis segelas penuh berisikan es krim?!
Hanya saja... Kinsey tidak bisa menahan dirinya untuk menggoda anak itu. Entah kenapa dia menemukan hatinya senang sekali melihat eskpresi cemberut Katie.
"Kenapa aku harus memberikannya padamu? Lebih baik kusimpan sendiri es krim terenak di dunia ini. Bleh!" Kinsey menjulurkan lidahnya sebelum berbalik kembali pada Karel yang sedang menahan senyum geli.
"DASAR PELIT!!" keluh Katie sambil menghentakkan sebelah kakinya ke tanah dengan kesal.
Katie memandang kepergian Kinsey dengan wajah cemberut sebelum menyadari sesuatu. Rambut Kinsey terlihat coklat disaat tidak ada sinar meneranginya. Tapi begitu cahaya matahari menyoroti rambut Kinsey, warna rambut Kinsey menjadi merah tua yang sangat menyala.
Saat itulah dia teringat anak lelaki berambut merah yang pernah menggigit tangannya enam bulan lalu.
"Ah! Rambut merah yang takut kuman! Mmph!" tanpa sadar Katie menyuarakan pikirannya dengan keras. Dia langsung mendekap mulutnya dengan kedua tangannya dengan gugup. Langkah Kinsey terhenti dan menoleh ke arahnya dengan kening berkedut.
Untuk pertama kali sepanjang ingatannya, jantung Katie berdesir ketakutan. Dia takut anak lelaki itu sengaja datang mencarinya hanya untuk membalas perbuatannya.
Katie menangis dalam hati menyesali perbuatannya enam bulan yang lalu. Kenapa sih dia harus mengerjai anak sombong yang kaya raya itu? Dan kenapa pula mereka harus bertemu lagi?
Dengan langkah cepat Kinsey kembali menghampirinya dan berdiri tepat dihadapan Katie. Dia meratapi dirinya sendiri.. tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya.
Padahal enam bulan lalu Katie yakin dia lebih tinggi dari Kinsey, tapi kenapa sekarang tinggi mereka sama?
Tidak bisa. Dia harus bertindak dulu. Dia harus menyerang sebelum diserang.
"Kau mau apa?" terdengar nada menantang pada suara Katie sambil menurunkan kedua tangannya di kedua sisinya.
"Sepertinya kau sudah ingat ya?"
Katie menelan ludah dengan gugup. Apakah dugaannya benar? Apakah anak ini memang sengaja datang mencarinya untuk membalasnya?
Umbra... tolong aku. Pinta Katie dalam hati dengan putus asa.
Seketika pikiran Katie menjadi kosong dan tubuhnya menegang dengan apa yang dilakukan Kinsey padanya. Dia bahkan sama sekali tidak menduganya. Dia juga tidak sempat bereaksi.
Hanya sekali gerakan, Kinsey mengecup pipi kirinya dengan cepat. Kemudian tersenyum lebar ke arahnya. Entah kenapa Katie bisa melihat sorotan sinar cahaya saat Kinsey tersenyum seperti itu. Jantungnya juga berdebar dengan kencang seperti habis berlarian.
"Balasan untuk waktu itu." bisik Kinsey tepat di depan wajahnya membuat kedua mata Katie melebar.
Setelah mengucapkannya Kinsey kembali berjalan ke arah Karel yang masih syok pada tempatnya. Karel sendiri sama sekali tidak menyangka tuan mudanya akan mencium anak perempuan.
Begitu keduanya menghilang dari pandangannya, Katie memegang kedua pipinya yang terasa panas.
"HOWEEEEE?!!!!"
Apa ini? Tadi itu apa? Apa yang terjadi? Umbra... ada apa denganku???!!
Hanya Katie yang bisa mendengar teriakan hatinya.