My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Berteman



Berteman

0Katie sudah terbiasa bangun pagi. Namun hari ini dia bangun lebih pagi dari biasanya. Hari ini adalah hari istimewanya. Mulai hari ini dia genap berusia tujuh tahun. Umbra sudah berjanji akan mengajaknya mendaki gunung begitu dia berusia tujuh tahun. Katie tidak sabar lagi berjalan menaiki gunung dan berdiri di puncak untuk menyaksikan pemandangan.     

Namun sebelum itu dia harus menunaikan perannya sebagai Katleen Morse. Anak perempuan yang manis dan penurut. Karena itu hari ini dia akan memakai baju perempuan dan berdandan dengan cantik demi menyenangkan hati kedua orangtuanya.     

Karena keluarga Morse tidak memiliki dana untuk membeli pakaian yang bagus, Katie hanya memiliki sedikit pilihan dalam memilih bajunya.     

Katie memutuskan memakai terusan putih yang agak lusam. Dia baru saja hendak ganti baju saat mendengar sebuah suara ketukan di pintu kamarnya.     

Katie membuka pintunya dengan terheran-heran karena tidak ada siapa-siapa disana. Dia mencoba melangkah keluar yang kemudian kakinya menendang sesuatu.     

Rupanya ada sebuah kotak coklat berukuran besar di bawah. Siapa yang meletakkan kardus didepan pintu kamarnya? Tanya Katie dalam hatinya.     

Katie berjongkok dan membuka penutup kardus tersebut. Matanya melebar dan bersinar-sinar saat melihat isinya. Dengan segera, Katie membawanya masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian.     

Kini Katie mengenakan terusan bewarna merah sepanjang lututnya dengan renda yang menghiasi di lingkaran bawah roknya. Ada sebuah pita besar yang cantik di belakang pinggangnya.     

Katie tidak tahu seperti apa penampilannya saat ini. Tapi warna merah adalah warna kesukaannya dan dia merasa dirinya sangat cantik dengan memakai baju merahnya.     

Dia berputar-putar dengan riang, terlebih lagi roknya ikut terbang mengikuti putarannya membuatnya tertawa senang.     

"Sekarang kau terlihat seperti anggota kerajaan." sebuah suara terdengar dari arah jendela kamarnya yang kini terbuka lebar.     

"Umbra! Kau yang memberikannya padaku?"     

"Hm. Hadiah ulang tahunmu."     

"Terima kasih." ucap Katie dengan senyuman lebar menunjukkan deretan gigi putihnya.     

Dengan sekali lompatan, Umbra masuk kedalam kamarnya dan duduk di lantai.     

"Kemarilah. Aku akan menata rambutmu."     

Katie menurut dan duduk memunggungi umbranya.     

Dengan telaten, umbra membagi rambutnya menjadi dua bagian sisi. Dia menguncirnya membentuk ikatan kecil di atas bahunya dengan imut.     

"Selesai. Pasangan Morse pasti cinta mati padamu begitu melihatmu."     

"Benarkah? Bagaimana penampilanku?" seru Katie dengan antusias.     

"Cantik." jawab umbra dengan singkat.     

Umbra bukanlah orang yang suka memuji. Meskipun ada sesuatu yang indah di depan mata, umbra selalu menyimpannya dalam hati. Karena itu kata pujian yang keluar dari mulut umbra sangat berarti baginya.     

Umbra keluar dengan cara yang sama seperti saat dia masuk. Tidak lama kemudian ayah ibunya membuka pintu kamarnya dan masuk kedalamnya.     

"Astagaaa.. Putri darimana yang sudah berbaik hati mengunjungi rumah kami yang sederhana ini?"     

"Mama.." Tiba-tiba Katie merasa malu mendengar pujian ibunya.     

Persis yang dikatakan umbra tadi. Kedua orangtuanya tampak jatuh cinta padanya untuk kesekian kalinya. Mereka menyayanginya dan memanjakannya dengan kasih.     

Walau mereka tidak bisa memberikan mainan atau baju yang indah-indah, Katie sama sekali tidak keberatan. Terkadang umbra yang membelikan barang mewah untuknya. Kedua orangtuanya juga mengetahuinya dan membiarkannya.     

Hanya saja.. tidak semua barang yang ingin dimiliki Katie diberikan umbra. Umbra memang menyayanginya tapi tidak pernah mau memanjakannya dengan barang mewah.     

Umbra ingin Katie bisa bertumbuh sebagai gadis yang tegar dan bisa hidup berpada. Disaat bersamaan dia juga ingin Katie bisa hidup dalam kemewahan.     

Karena itu sedikit demi sedikit Katie dididik bagaimana bisa hidup sebagai anak miskin yang menderita tapi juga bisa hidup enak dan tidak memiliki hati yang sombong.     

Setelah sarapan, kedua orangtua Katie bersiap bekerja di pabrik sementara Katie kembali masuk ke kamar untuk menyemprot rambutnya dengan warna gelap.     

Rambut Katie sangat unik dan langka. Baik umbra maupun kedua orangtuanya menyuruhnya untuk menyembunyikan warna rambutnya dari orang luar. Dia tidak mengerti mengapa dia harus menyamarkan warna rambutnya, tapi dia tetap menurut dan memberi semprotan pada rambutnya tiap pagi sebelum keluar rumah.     

Yang tidak diketahui Katie, isi semprotan telah habis dan dia berjalan keluar rumah menuju ke hutan dengan warna rambut aslinya.     

Seperti biasa, Katie menelusuri jalanan sambil bernyanyi riang. Entah kenapa Katie sangat suka menyanyi. Tiap kali hatinya merasa gembira pasti ada saja sebuah melodi mengalun di pikirannya.     

Begitu tiba di sebuah ladang yang luas dekat sungai, Katie melihat sebuah batu yang cocok untuk menjadi panggungnya. Dengan antusias, Katie segera memanjati batu dan berdiri di atasnya.     

Dia merasakan angin menerpanya dengan lembut dan seolah alam menyambut kehadirannya, Katie mendengar kicauan burung. Saat itulah Katie mulai bernyanyi dengan sepenuh hati. Kali ini tidak hanya melodi saja, tapi juga dengan kata-kata yang sesuai dengan isi hatinya.     

Beberapa kata yang terungkap seperti betapa bahagianya Katie hari ini. Walau rumahnya sangat sederhana dan berada di pinggiran hutan, baginya hutan inilah rumahnya. Ditambah lagi dia sangat bahagia karena memiliki orangtua yang menyayanginya serta seseorang yang melindunginya dari balik bayangan.     

Katie sama sekali tidak menyadari, angin disekitarnya ikut menari bersamanya. Burung-burung disekitarnya berterbangan dengan riang dan juga... sepasang mata coklat gelap mengawasinya dari kejauhan.     

Tidak lama kemudian Katie mendengar sebuah retakan ranting disebelahnya. Katie segera berhenti dan menoleh si pengganggu yang sudah merusak suasananya.     

Tadinya dia mengira umbra atau salah satu temannya yang menganggunya bernyanyi. Kalau iya, dia pasti akan memberi omelan tanpa henti sehingga si pendengar tidak akan tahan lagi mendengar omelannya.     

Tapi ternyata yang mengganggu nyanyiannya adalak anak tak dikenalnya. Katie bahkan tidak pernah melihat wajah anak ini sebelumnya.     

Kota Lousiana bukanlah kota besar. Apalagi hampir semua anak yang tinggal di kota itu sudah dikenalnya. Karena Katie tidak mengenal anak ini, maka dia hanya bisa menerka-nerka.. mungkin anak ini seorang pendatang baru atau.. pengunjung?     

""Halo. Apakah kau tersesat?"     

"Kau tidak ingat?"     

Katie mengedipkan matanya tidak mengerti. Apa yang harus diingatnya?     

Pada akhirnya dia tidak peduli dan hendak turun dari batu pijakannya untuk membantu anak yang tersesat itu. Dia bisa saja melompat turun seperti yang diajarkan umbra padanya. Tapi dia teringat akan baju cantik yang sedang dipakainya. Apakah bajunya akan rusak kalau dia turun dengan asal melompat saja? Rasanya sayang sekali.     

Sekarang dia menyesal.. kenapa dia harus tergoda menaiki batu yang cukup tinggi ini tanpa pikir panjang?     

Sementara Kinsey salah mengerti arti tatapan kekhawatiran Katie. Dia mengira anak itu tidak bisa turun dan takut melompat. Karena jarak puncak batu dengan tanah cukup jauh. Hampir dua kali dari tinggi tubuhnya.     

Kalau dipikir-pikir... Bagaimana caranya anak perempuan itu memanjat batu tersebut? Kinsey merasa heran dengan kenyataan misterius ini.     

Kinsey berjalan menghampiri Katie. Dia memutuskan untuk membantu anak itu untuk turun dari sana.     

"Sini. Aku akan memegangmu saat kau melompat." Kinsey mengulurkan sebelah tangannya ke arah Katie.     

Katie mendesah kemudian membungkuk secara perlahan dan duduk di atas batu dengan dua kaki menggantung ke bawah. Katie menerima uluran sebelah tangan Kinsey dan menggenggamnya dengan erat.     

Sebelum benar-benar mendorong bokongnya dari batu yang didudukinya, Katie berhitung dalam hati.     

Satu..dua..tiga.. dan Katie melompat dengan mendorong bokongnya hingga turun ke bawah.     

Katie sudah terlatih akan keseimbangan kakinya dan bisa mendarat di tanah dengan sempurna. Namun tidak dengan Kinsey.     

Genggaman tangan Katie meremas tangan Kinsey dan sama sekali tidak bersiap atas pendaratan sempurna Katie. Tanpa sengaja, rok Katie yang mengembang akibat terjun ke bawah mengenai kepala Kinsey membuat kakinya melangkah ke belakang. Sayangnya kakinya tersandung dan tubuhnya terdorong ke belakang.     

Tepat saat Katie merasa puas atas pendaratannya yang sempurna, tubuhnya tertarik ke samping dengan cepat.     

Rupanya tangan Kinsey yang masih bergenggaman dengan Katie membuat keduanya terjatuh bersama tanpa peringatan. Kinsey mengaduh karena kepala dan bokongnya terbentur tanah sementara tubuh Katie menindihnya.     

"Aww.. Kau berat sekali. Kau makan apa saja?" keluh Kinsey tanpa sadar melepas genggamannya dan hendak mendorong tubuh Katie.     

Namun dia tidak jadi mendorongnya karena ingat anak yang menindihnya adalah anak perempuan.     

Sementara Katie yang baru pulih dari rasa keterkejutannya segera bangkit berdiri begitu mendengar keluhan Kinsey.     

Katie ingin sekali membalas ucapan anak itu. Padahal mereka terjatuh bukan salahnya. Dia kan sudah berhasil mendarat dengan sempurna tanpa jatuh. Anak itu yang menariknya ikut jatuh bersamanya.     

Tapi dia sudah berjanji pada kedua orangtuanya untuk bersikap manis dan tidak menunjukkan ketomboiannya. Karena itu Katie terdiam dan memasang wajah cemberut.     

Kinsey langsung menyesali ucapannya begitu melihat tatapan luka pada sepasang mata indah Katie. Dia segera bangkit berdiri sambil membersihkan daun kering yang menempel pada bajunya.     

"Maaf. Aku tidak bermaksud mengucapkannya. Aku yang salah. Maafkan aku." ucap Kinsey terburu-buru.     

Sedetik kemudian Kinsey merasa tertegun melihat senyuman lebar menghiasi wajah anak cantik didepannya.     

"Tidak masalah. Karena hari ini ulang tahunku, aku akan menjadi anak yang baik hati. Hehehe."     

Oh? Ulang tahun? Karena itukah anak itu memakai pakaian bak putri di negeri dongeng? Pikir Kinsey.     

Kinsey turut membalas senyumannya.     

"Kalau begitu... selamat ulang tahun."     

"Terima kasih."     

Kemudian Katie mengajak Kinsey berjalan menuju ke arah jalan raya. Katie masih menduga bahwa Kinsey sedang tersesat dan menawarkan bantuannya. Kinsey yang sebenarnya tidak tersesat tidak peduli dan menerima tawarannya. Entah kenapa, Kinsey ingin menjadi teman anak perempuan unik satu ini.     

"Kau tidak merayakannya bersama keluargamu?"     

"Kami akan merayakannya nanti sore. Saat ini mereka sedang bekerja."     

"Jadi sekarang kau sendirian?"     

"Bisa dibilang begitu."     

"Bagaimana kalau kau ikut denganku?"     

Katie menghentikan langkahnya mendengar tawaran itu.     

"Kemana?"     

"Menemui seseorang. Setelah itu kita akan makan cake dan es krim di..."     

"Es krim?" jelas sekali mata Katie berbinar-binar mendengarnya. "Aku mau.. aku mau ikut denganmu."     

Mulut Kinsey terbuka lebar tidak percaya Katie mau ikut dengannya begitu saja hanya karena es krim? Anak ini bisa saja diculik penjahat dengan mudah jika si penjahat menawarkan untuk membelikannya es krim.     

Kinsey menggelengkan kepalanya tidak menyangka ternyata masih ada anak sebodoh ini di dunia ini.     

Kinsey sama sekali tidak tahu.. ada sepasang mata yang sedang mengawasi mereka berdua dan pastinya tidak akan membiarkan nyawa Katie terancam.     

Umbra mengernyit melihat warna merah yang sempurna menghiasi rambut Katie. Apakah Katie lupa menyemprotkan semprotannya?     

Untung saja tidak ada yang mengenali arti rambut merah yang dimiliki Katie. Karena itu Katie akan baik-baik saja meski berkeliaran dengan rambut aslinya.     

Hanya saja, untuk berjaga.. umbra tetap akan mengikuti Katie diam-diam. Jika ada orang yang mencurigakan, dia bisa segera menanganinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.