My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Kemampuan Raja Merah



Kemampuan Raja Merah

3Kei melompat-lompat sambil bergumam dengan riang karena berhasil mengerjai si tuan muda yang sombong tadi. Dia menyanyikan sebuah melodi yang muncul dipikirannya dengan hati gembira. Tubuhnya menari mengikuti irama melodinya. Sesekali dia berputar untuk menikmati pemandangan sekitarnya.     

Mendengar suaranya yang merdu, beberapa burung terbang turun mendekat. Mereka saling bersahut-sahutan mengikuti melodi yang dinyanyikan Kei. Tanpa dia sadari, ada sekelompok bunga yang tadinya layu, kini berdiri tegak dan membuka kelopaknya dengan indah.     

Umbra yang menyaksikan semua itu mendecak kagum. Inilah kemampuan sang 'raja merah' yang sebenarnya. Suaranya bisa mempengaruhi burung-burung diudara ikut bernyanyi. Tidak hanya burung, bahkan bunga-bunga bermekaran dengan sangat indah. Angin kasat mata terbentuk seperti aliran kabut disekitarnya dan berhembus sesuai keinginan 'Raja Merah'.     

Tentu saja Kei tidak mengetahui kemampuan yang dimilikinya. Belum. Belum mengetahuinya. Belum saatnya untuk memberitahu anak kecil itu.     

Umbra masih menikmati keceriaan Kei saat tanpa sengaja melihat ada sesuatu aneh yang membekas pada kulit pergelangan tangan anak itu. Dia segera turun dari cabang pohon menghadang Kei.     

Seketika itu juga Kei berhenti dari aktivitasnya, burung-burung berterbangan menjauhi mereka.     

"Ada apa?" Kei terlihat bingung melihat ekspresi keras pada umbranya. Menyadari lirikan mata umbra, Kei menyembunyikan sebelah tangannya ke belakang.     

Umbra berlutut dan segera menarik tangan yang tersembunyi. Dia bisa melihat bekas gigitan pada pergelangan tangan anak itu.     

"Siapa yang menggigitmu?"     

"Anak kurang ajar. Sama sekali tidak penting."     

"Kau ingin aku membalasnya?"     

"Tidak perlu. Aku sudah membalasnya." jawab Kei dengan bangga.     

"Oo? Bagaimana caranya? Apakah kau menggigitnya juga?" rasanya umbra ingin melihat adegan dimana Kei menggigit tangan seseorang.     

"Tidak. Aku punya cara lain yang lebih memuaskan."     

Umbra merasa penasaran cara apa yang dimaksud. Namun dia tidak bertanya karena ada seseorang yang mendekati mereka. Dalam sekali lompatan, umbra telah menghilang tersembunyi di dedaunan pohon besar.     

Kei sudah terbiasa melihat kemampuan ekstrim umbranya. Orang itu selalu menghilang dan bersembunyi tiap kali ada orang asing disekitarnya. Sepertinya di dunia ini hanya Kei seorang yang mengetahui wajah umbra.     

"Katie! Waktunya makan malam!" seru ibunya dari agak kejauhan.     

Kei.. atau juga dikenal dengan Katie langsung berlari menghampiri ibunya dengan senyuman lebar.     

"Aduh.. kotor sekali badanmu. Kau harus mandi dulu sebelum makan." ucap ibunya sembari menggandeng tangan mungil putrinya.     

Kei langsung berendam di sungai yang terletak di belakang rumahnya. Airnya sangat bersih dan menyegarkan membuat Katie tidak pernah malas untuk mandi. Hanya saat mandi, sesuatu unik terjadi.     

Semula rambut Katie bewarna coklat terang, kini berubah menjadi merah. Rupanya warna coklat telah luntur terbilas oleh air. Warna coklat ini berasal dari semprotan warna yang disemprotkan ke rambutnya tiap pagi. Warna rambut yang sebenarnya adalah merah gelap, persis seperti buah apel yang ranum dan menggiurkan.     

Namanya adalah Katleen Morse. Sayangnya nama ini bukan nama sebenarnya. Ayah ibunya yang sekarang merawatnya juga bukan orangtua kandungnya. Katie tahu itu karena umbra dan kedua orangtuanya sendiri yang bilang. Meski begitu, Katie masih menganggap mereka kedua orangtuanya dan menjadi anak yang menurut.     

Orangtuanya juga tahu ada umbra didekat mereka. Tapi mereka tidak pernah melihatnya atau bertemu dengannya. Ada suatu peraturan, siapapun yang melihat wajah umbra selain 'pemilik'nya, harus mati. Dan 'pemilik' yang dimaksudkan tidak lain adalah Katleen Morse. Katie sendiri merasa penasaran.. siapa yang membuat peraturan aneh seperti itu. Bukankah lebih menyenangkan kalau umbra bisa berkumpul bersama dengan orangtua asuhnya?     

Semenjak Katie mulai bisa berjalan, umbra melatihnya bersikap seperti seorang prajurit yang berani, sementara kedua orangtuanya mendidiknya seperti seorang wanita bangsawan.     

Disaat dia bersikap seperti anak laki-laki atau anak perempuan yang tomboy, dia akan dipanggil dengan sebutan Kapten Kei. Itu karena baik kekuatan dan kelincahan Katie tidak ada duanya dibandingkan anak normal umumnya. Secara spontan teman-temannya menjadikannya kapten mereka.     

Sementara nama Katie adalah nama panggilannya disaat dia bersikap seperti anak perempuan pada umumnya. Sayangnya hanya kedua orangtuanya yang memanggilnya dengan Katie. Umbra, temannya serta gurunya disekolah memanggilnya Kei karena sikapnya yang tomboi.     

Tentu saja Katie lebih suka dipanggil dengan Kapten Kei karena merasa nama itu jauh lebih keren dibandingkan Katie yang terdengar lemah.     

Karena itu, Katie hanya bersikap lembut dihadapan orangtuanya.. sementara dia menjadi liar dan tomboy tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya.     

-     

Karel menyetir mobilnya sambil melihat spion tengah dengan was-was. Suasana hati tuan mudanya benar-benar buruk. Belum lagi tuan mudanya masih terus mengelap pipinya dengan tisu basah.     

Dia tahu seharusnya dia tidak boleh tertawa, tapi mengingat kejadian kecil di gua tadi... mau tidak mau dia tertawa geli.     

"Tuan muda Kinsey, apakah anda masih ingin ke rumah sakit? Bagaimana dengan bunganya? Tuan besar ingin anda memberikan bunganya pada wanita itu."     

Kinsey mendelik ke arah pengawal pribadi sekaligus supirnya.     

"Kau bercanda?! Sebentar lagi aku akan mati kalau aku tidak segera diberi obat."     

Karel hanya mendesah menanggapi sikap berlebihan Kinsey. Dia bertanya-tanya sebenarnya sikap tuan mudanya yang satu ini menurun dari siapa? Seingatnya, Tuan besar Marcel tidak bersikap seperti ini. Yah, dia tidak tahu lagi dengan masa kanak-kanak majikannya itu.     

"Lagipula wanita itu tidak penting! Kenapa papa selalu menyuruhku memberi bunga pada wanita asing?"     

Kali ini Karel mendesah sedih. Kalau seandainya tuan mudanya tahu... bahwa selama ini Kinsey disuruh memberi bunga pada ibu kandungnya, Chloeny Paxton.     

Hanya saja mereka harus merahasiakannya dari Kinsey. Mereka tidak ingin Kinsey merengek untuk bertemu dengan Chloe dan dalam bahaya. Karena itu, tiap enam bulan sekali.. Chloeny diam-diam berkunjung ke Lousiana untuk bertemu dengan Kinsey.     

Yang sebenarnya, Kinsey tidak tinggal di Lousiana. Dia tinggal di Kentucky yang hanya memakan waktu satu jam perjalanan dengan menggunakan pesawat. Karena itu Marcel sengaja mengirim Kinsey ke Lousiana dengan alasan memberikan bunga. Dengan begitu, ibu anak tersebut bisa saling bertemu tanpa takut ketahuan oleh musuh.     

Kinsey merasa sebal karena tidak tahu kenapa harus dia yang memberikan bunganya dan bukan ayahnya. Meski sering mengomel, Kinsey tetap menurut dan menemui wanita itu tanpa absen.     

Sayangnya kali ini Kinsey tidak mau bernego. Dia merasa tubuhnya sudah dipenuhi kuman dan ingin segera bersih dari segala macam virus yang sudah menempel di tubuhnya.     

Karel hanya pasrah dan melaporkan hal ini pada majikannya. Pada akhirnya Marcel mengizinkannya pulang.     

Jadi hari itu, Kinsey pulang kembali ke Kentucky tanpa bertemu dengan Chloe.     

Enam bulan berikutnya, Kinsey berangkat lagi ke Lousiana seperti biasa. Kali ini dia membawa dua buket bunga sebagai ganti pertemuan sebelumnya yang tertunda.     

Ada catatan tambahan di benak Kinsey. Dia ingin membalas perbuatan anak yang dulu sengaja mengerjainya.     

Karenanya dia mengajak Karel berangkat lebih awal untuk menemui anak yang enam bulan lalu sudah berani mengerjainya.     

Mereka tiba di tempat saat pertama kali Kei menendang bola ke arah Karel.     

"Tunggu disini." perintah Kinsey pada Karel karena dia tidak ingin dicegah untuk membalas perbuatan anak itu berkali lipat.     

Karel bisa menebak rencana tuan mudanya dan hatinya mulai merasa tidak enak.     

"Tuan muda, kalau anda ingin membalas, jangan kasar-kasar ya. Biar bagaimanapun anak itu tetaplah anak perempuan."     

"Huh?" kali ini Kinsey menatapnya dengan bingung.     

"Jangan lupa didikan Tuan Besar. Jangan pernah menyakiti seorang anak perempuan. Apakah anda lupa?"     

"Tentu saja tidak. Tapi.. anak itu... bukankah dia anak lelaki?" Seingat Kinsey, anak yang telah memberi kuman bakteri padanya adalah anak lelaki. Karenanya, dia merasa jijik.. sangat jijik karena dicium oleh anak laki yang kotor dan penuh kuman itu.     

Kinsey masih ingat betul penampilan anak itu. Kaos oblong dengan celana selutut yang sobek-sobek serta rambut pendek yang cocok untuk potongan anak laki; penampilan anak itu tidak menunjukkan tanda-tanda seorang anak perempuan.     

Ditambah lagi.. tenaga anak itu sangat besar. Bahkan pergelangan tangannya membekas merah ketika anak itu membawanya lari ke gua. Dia sempat meringis kesakitan waktu itu sambil berusaha melepaskan diri. Dan begitu ada kesempatan, Kinsey menggigit pergelangan tangan anak itu dengan keras tanpa pikir panjang. Siapa yang menyangka tenaga anak itu cukup besar untuk mendorongnya hingga terjatuh.     

Karena itulah, bayangan mengenai jenis kelamin anak itu adalah perempuan sama sekali tidak ada di benaknya.     

"Kalau dilihat penampilannya sekilas, dia memang terlihat seperti anak laki. Tapi.. saat memperhatikannya lebih teliti.. wajahnya, caranya berbicara dan bersikap, anak itu seperti anak perempuan pada umumnya. Mungkin dia memang agak sedikit tomboy. Bagaimana kalau anda memastikannya terlebih dulu sebelum melancarkan acara balas dendam anda."     

Kinsey mengernyit tidak mengerti bagaimana Karel bisa mengetahui niatnya untuk membalas anak itu.     

Setelah menganggukkan kepala, barulah Karel melepas kepergian Kinsey dengan lega. Tuan mudanya sangat pintar dan cepat beradaptasi. Selain itu.. meski sikap Kinsey terlihat arogan dan sombong, tuan mudanya memiliki hati yang lembut.     

Begitu tahu anak itu adalah anak perempuan, Kinsey pasti tidak akan menyakitinya dan melupakan rencana balas dendamnya. Karel yakin akan hal ini.     

-     

Kinsey berjalan menelusuri sebuah sungai hingga dia mendengar sebuah nyanyian. Siapa yang sedang menyanyi? Anehnya, burung-burung diatas pohon terbang meninggalkan sarangya mengikuti sumber nyanyian tersebut.     

Karena merasa penasaran, Kinsey berjalan mengikuti suara nyanyian itu. Semakin lama dia berjalan, suaranya semakin terdengar jelas.     

Disana dia melihat seorang anak yang sedang bernyanyi sambil melentangkan kedua tangannya ke udara. Anak itu berdiri diatas batu besar yang kebetulan terkena sinar matahari.     

Seperti sebuah lampu sorot di panggung yang megah, sinar matahari menyoroti punggung anak itu dengan sempurna.     

Rambut anak itu bewarna merah yang mencolok akibat sinar matahari. Rambutnya tidak begitu panjang, tapi cukup panjang untuk diikat ke dua sisi di bagian bawah menambah keimutannya.     

Anak itu juga memakai terusan baju terusan bewarna merah terang sepanjang lutut. Untuk beberapa saat, Kinsey tidak bisa mengalihkan matanya dari anak itu.     

Dia yakin.. anak itu adalah anak yang mengerjainya enam bulan yang lalu. Dia yakin dia tidak mungkin salah lihat karena ingatannya mengenai wajah orang cukup tajam. Terlebih wajah yang membuat kesan buruk dihidupnya.     

Kinsey menggelengkan kepala dengan cepat, lalu mengucek kedua matanya. Dia tidak percaya.. ternyata anak bertenaga besar yang membuatnya trauma enam bulan lalu adalah anak perempuan yang cantik?     

Tanpa seizinnya, kaki Kinsey berjalan mendekat ke arah anak perempuan itu. Tanpa sengaja kakinya menginjak sebuah ranting yang menimbulkan suara cukup keras.     

Anak perempuan itu menghentikan nyanyiannya dan menoleh ke arahnya.     

Untuk beberapa saat Kinsey tidak bisa bergerak dan merasa dirinya telah dihipnotis oleh sepasang mata anak itu. Dia tidak pernah melihat warna mata seindah itu sebelumnya. Warna apa itu? Tampak seperti kuning, tapi juga bukan. Kinsey bisa melihat ada warna merah disekitar bola mata anak itu.     

Detik berikutnya anak itu tersenyum manis padanya membuat Kinsey lagi-lagi tidak bisa bergerak.     

"Halo. Apakah kau tersesat?"     

Mendengar ini kening Kinsey mengernyit. Apakah anak itu tidak mengingatnya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.