My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Sniper



Sniper

2Terjadi pengejaran dan tembak menembak di sebuah tempat terpencil. Aiden mengerahkan seluruh anggota mafianya untuk melindunginya dari serangan beruntun.     

Kalau seandainya hanya melawan satu kelompok pasukan saja, Aiden bisa menang dengan strategi. Sayangnya perhitungannya kali ini salah. Kini dia dalam keadaan terjepit antara orang yang menginginkan kepalanya dengan kelompok utusan dari Paxton.     

Beberapa jam yang lalu, seluruh tim Alpha, Zero dan LS bergabung dan bekerja sama untuk menangkap Aiden. Bahkan Benjamin yang tidak suka kekerasan, ikut berpatisipasi dalam mengerahkan kepolisian untuk membantu mereka menangkap Aiden.     

Kinsey menyusun strategi efektif untuk menjerat Aiden tanpa memberi celah untuk melarikan diri. Ada tiga kelompok yang terbagi untuk memojokkan Aiden.     

Kelompok pertama adalah kelompok polisi lokal yang langsung menyerbu motel tempat Aiden bersembunyi. Aiden berhasil lolos dari pengepungan polisi tapi tidak dengan kemacetan jalan raya.     

Dengan bantuan Ronald dan Pasha, mereka mengendalikan lampu lalu lintas untuk memaksa Aiden mengendarai mobilnya ke arah yang mereka inginkan. Keduanya saling beradu jotos dengan gembira melihat Aiden melewati jalur yang mereka buat.     

"Vincent, dia menuju ke tempat B." Pasha memberi laporan pada Vincent melalui walkie talkie miliknya.     

Kelompok kedua merupakan anggota senior tim inti S dan L. Mereka semua menyamar dan bersikap seperti warga biasa yang tinggal di sana. Saat Aiden memakirkan mobilnya dan turun keluar dari mobil, secara serempak mereka mengeluarkan pistol dan menembak ke arah Aiden.     

Terdapat beberapa peluru yang berhasil menembus ke tangan dan kaki Aiden sebelum akhirnya dia masuk kembali ke dalam mobilnya yang anti peluru.     

Sekali lagi Aiden melajukan mobilnya dengan susah payah dan keluar dari tempat itu menuju ke tempat lebih terpencil lagi. Kali ini anggota kepercayaan Alpha dan Zero yang telah bersiap disana. Senjata mereka bukan pistol biasa seperti yang digunakan tim LS.     

Senjata mereka merupakan senjata yang digunakan oleh militer. Kebanyakan mereka menggunakan senapan dimana bisa menembakan belasan peluru dalam waktu singkat. Salah satunya berhasil menembak roda depan. Secara perlahan roda yang terkena peluru mengempes dan Aiden memaksakan setirnya bergerak ke sebuah bangunan tua.     

Aiden berteriak dengan emosi yang meluap-luap sadar sebagian besar anak buahnya telah disergap oleh musuhnya. Dia bahkan tidak sempat merasakan rasa sakit yang menyerang tubuhnya akibat peluru karena saking emosinya.     

Aiden merasa dia telah mengalami kekalahan mutlak tapi dia tidak mau menerimanya. Aiden bahkan tidak mau mengakuinya dan terus mencari cara untuk membalas penyergapan ini berkali lipat.     

Aiden segera turun dari mobil dan melangkah menaiki tangga dengan terpincang-pincang akibat peluru yang menancap di kakinya.     

Ada yang aneh dengan bangunan ini. Mengapa tidak ada satupun orang disini? Dan lagi, mengapa dia tidak mendengar orang yang menyerangnya mengejarnya kemari?     

Dinding disekitarnya dipenuhi dengan jendela-jendela tanpa pintu. Ada pecahan kaca jendela yang menyebar di lantai. Begitu banyak retakan dinding dan debu bersebaran disana. Sekali lihat, bangunan ini sudah lama diabaikan dan sangat rapuh.     

Tadinya Aiden merasa berhasil lolos dari penyergapan mereka, tapi siapa sangka dia melihat seorang berdiri disana dengan tatapan siap menerkamnya.     

Kinsey Alvianc.     

Selama ini dia tidak mencari gara-gara terhadap keluarga Alvianc karena tahu, sebagian besar kendali kemiliteran dipegang oleh Alvianc group. Dia sama sekali tidak pernah menduga ahli waris Alvianc group adalah penerus utama tahta Paxton.     

Karena itulah dia sangat marah. Dia merasa telah dibohongi karena mengira lawannya hanyalah gadis lemah yang bisa dikalahkannya. Siapa yang mengira rupanya musuhnya yang sebenarnya adalah putra sulung Marcel Alvianc? Musuh bebuyutan dari keluarga Paxton di generasi Martin?     

Dia tahu peperangan apapun dengan Alvianc grup menghasilkan kerugian yang luar biasa pada saham usaha Paxton grup. Hingga dua puluh enam tahun yang lalu kedua perusahaan masih genjatan senjata untuk memperebutkan kepercayaan atas kendali kemiliteran negeri.     

Namun tanpa alasan yang jelas, Alvianc grup memutuskan untuk mengundurkan diri. Tapi tidak dengan tanpa mengambil tiga puluh dua persen saham perusahaan utama milik Leonard, kakeknya.     

Semenjak itu, keluarga besar Paxton memutuskan tidak mencari masalah atau memusuhi Alvianc grup. Mereka tidak bermusuhan tapi juga tidak berteman. Bagi Leonard dan Martin, Alvianc grup adalah daerah abu-abu yang tidak boleh disentuh. Mereka mengumpamakannya sebagai seekor naga yang sedang tertidur dan mereka tidak ingin membangunkannya.     

Bahkan Aiden sendiri juga tidak ingin menjadi musuh Alvianc grup. Tidak sebelum dia mendapatkan kendali Stealth sepenuhnya.     

Karena itu dia sangat marah dan merasa rencananya rusak total menyadari mau tidak mau dia harus menjadi musuh dari Alvianc. Karena itulah dia sengaja membuat pilihan sulit pada Catherine hanya untuk memuaskan hasrat emosinya.     

Namun hasilnya tidak seperti yang diharapkannya. Padahal dia yakin dia bisa menang. Dia sudah merencanakannya bertahun-tahun. Dia sudah memperhitungkan semuanya dengan teliti. Tapi dia malah masuk ke dalam wilayah yang tidak seharusnya dia masuki.     

Yang pertama saat dia menyadari telah menangkap sang 'Raja Merah'. Dia tahu penjaga 'Raja Merah' akan mengincar kepalanya begitu tahu dia telah melukai Katleen. Kalaupun dia tidak melukai gadis itu, kenyataan dia mengetahui identitas Katleen yang sebenarnya tidak akan dimaafkan oleh sang penjaga.     

Lalu sekarang dia harus berhadapan dengan Alvianc group!! Jika seandainya dia bisa mendapatkan kunci pengaktifan dan menguasai Stealth, maka dia tidak akan perlu takut berhadapan dengan Alvianc ataupun penjaga raja merah.     

Sekarang rencananya hancur berantakan semua. Ini semua gara-gara dia lengah dan membiarkan Catherine membawa alat pelacak. Dia yakin alat detektor miliknya tidak mendeteksi alat pelacak apapun pada tubuh Cathy, lalu bagaimana caranya gadis itu lolos deteksi?     

Aiden menegakkan tubuhnya menghadapi tatapan tajam dari Kinsey Alvianc. Tidak peduli apakah dia akan ditahan atau tidak, dia memiliki ribuan cara agar polisi melepaskannya sebelum dia masuk ke dalam pengadilan. Dia memiliki koneksi para petinggi membuatnya tidak takut pada apapun.     

"Baiklah aku mengaku kalah. Kalian menang. Apakah kau puas?"     

"Dimana obat penawar untuk Katleen Morse?" terdengar nada menuntut yang mengerikan dari suara Kinsey.     

"Katleen? Kenapa kau memperdulikannya? Dia kan bukan siapa-siapamu."     

Dalam gerakan cepat, Kinsey menghampiri Aiden dan segera melayangkan beberapa tinjunya. Semula Aiden bisa menghindarinya bahkan bisa memberi beberapa serangan balasan. Namun akibat peluru yang masih menancap di sebagian tubuhnya, membuat gerakannya lamban dan tidak sekuat biasanya.     

"Hanya ini kemampuanmu huh?" ejek Kinsey dengan senyuman miring sambil terus menghajar Aiden.     

"Sialan! Kau sengaja menempatkan kelompokmu untuk menembakku sebelum bertarung denganku!" balas Aiden sambil terus berusaha membalas serangannya yang ternyata sia-sia. "Kau takut kau kalah denganku huh? Itu sebabnya kau melukaiku terlebih dahulu sebelum melawanku secara langsung."     

Kinsey mengarahkan tinjunya tepat pada rahang Aiden membuatnya terjatuh. Kinsey tidak membiarkan Aiden bangkit berdiri dan langsung menerjangnya dengan menahan Aiden dengan tubuhnya. Kemudian dia menarik kerah baju Aiden dengan kasar.     

"Dibandingkan dengan kau yang menculik dua gadis tidak berdaya dan menghajar salah satunya tanpa ampun.. Aku tidak masalah jika kau menganggapku pengecut." kemudian dia kembali memberikan pukulan keras pada wajah Aiden. "Berikan obat penawarnya!!"     

Tepat saat Kinsey hendak memukulnya lagi, Aiden mengangkat sebelah kakinya menendang tumit Kinsey dengan keras. Aiden memanfaatkan Kinsey yang kaget dengan serangannya, mendorongnya sekuat tenaga dan menjauh darinya.     

Aiden merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah botol kecil berisi cairan bening disertai seringaian liciknya.     

"Kau menginginkan ini?" Aiden menggoyangkan botolnya seolah hendak menjatuhkannya. "Coba kau hajar aku sekali lagi, aku akan menjatuhkannya. Satu-satunya obat penawar di dunia ini hanya ada di tanganku."     

Kinsey terdiam membuat Aiden tersenyum licik. Dia mengambil pistol yang tadi terjatuh dan menudingkannya tepat kearah kepala Kinsey.     

"Pergilah ke neraka!" ucapnya sambil menarik pelatuknya.     

Kinsey bersiap menghindar saat sebuah peluru melesat menembus tulang tengkorak kepala. Kinsey bahkan belum sempat bereaksi. Semuanya terjadi begitu cepat membuatnya tidak bisa mencerna apa yang telah terjadi. Begitu melihat botol berisi obat penawar terlepas dari genggaman Aiden, Kinsey langsung berlari untuk menangkap botol tersebut tanpa memperdulikan apakah dia tertembak atau tidak.     

Kinsey menjatuhkan tubuhnya dengan tangan terlentang ke atas kepalanya. Tubuhnya bergeser maju sementara telapak tangannya terbuka lebar. Untuk beberapa saat Kinsey menahan nafasnya ketika botol turun ke arah telapak tangannya yang terbuka. Dia berharap botol tersebut jatuh persis di atas tangannya. Hatinya akan hancur jika botol tersebut pecah dan isinya tertumpah.     

Kinsey langsung menutup telapak tangannya begitu kulitnya merasakan sentuhan botol tersebut. Barulah dia bisa bernapas lega mengetahui obat penawar Kitty kini berada di tangannya.     

Kinsey segera bangkit berdiri, waspada pada sekitarnya. Keningnya mengernyit bingung saat melihat kepala Aiden memiliki sebuah lubang persis di dahinya. Kinsey segera berbalik memandang ke arah luar jendela.     

Ada seorang sniper di luar? Siapa? Kinsey menatap ke luar jendela mencari sosok penembak jitu tadi. Dia melihat sosok siluet manusia memegang sebuah senjata di atap gedung tinggi agak jauh dari tempatnya.     

Sementara itu, Vincent beserta Zero baru tiba di lantai teratas dengan langkah secepat mungkin. Mereka sangat terkejut apa yang terjadi pada Aiden.     

"Kau membunuhnya?" bukannya Vincent tidak tahu siapa dan apa pekerjaan Kinsey sebagai ketua tim inti S. Tapi tetap saja.. dia tidak menyangka Kinsey kehilangan kendali dan membunuh Aiden langsung.     

"Ck. Bukan aku. Tapi dia." protes Kinsey tanpa mengalihkan pandangannya pada sosok penembak jitu di luar. Kinsey memang ingin sekali membunuh Aiden, tapi dia tidak ingin menerima tuduhan yang tidak dia lakukan.     

Zero dan Vincent segera menangkap sosok yang sama dipandangi oleh Kinsey. Vincent bertanya-tanya siapa penembak tersebut? Apakah dia adalah musuh ataukah kawan? Seingatnya mereka tidak memasukkan ahli penembak jarak jauh di kelompok mereka. Lalu siapa orang itu?     

Hanya Zero yang mengetahuinya dan tetap diam.     

Ketiganya mengawasi gerak-gerik orang itu dengan waspada. Apakah orang itu juga mengincar mereka?     

Nyatanya, orang tersebut menegakkan tubuhnya dan menyimpan senjatanya ke dalam tasnya.     

Orang tersebut memandang Zero sekilas, "Semua orang yang mengetahui identitas 'Raja Merah' harus mati."     

Tidak ada yang tahu siapa yang dilihat orang tersebut. Mereka juga tidak bisa mendengar apa yang diucapkan orang itu karena jarak mereka sangat jauh.     

Sedetik kemudian sosok penembak tersebut menghilang dari pandangan mereka.     

"Apakah kita boleh beramsumsi dia di pihak kita?" Vincent tidak bisa menahan kekhawatirannya mengenai orang misterius tadi.     

"Dia tidak berada di pihak siapapun. Dia bisa saja menjadikan kita musuhnya. Lebih baik biarkan saja." jawab Zero.     

Vincent mengangguk mengerti sebelum melirik ke arah tubuh tak bernyawa Aiden.     

"Jadi orang ini dibalik kematian Chloe yang sebenarnya?" Vincent sama sekali tidak merasa prihatin atau kasihan pada Aiden yang baru saja mati dengan mengenaskan.     

"Tampaknya begitu." jawab Zero datar.     

"Sisanya kuserahkan pada kalian. Aku ingin memberikan ini pada Katie."     

Kinsey segera pergi meninggalkan Zero dan Vincent untuk segera mengobati Kitty. Vincent dan Zero sama-sama tidak curiga kalau Kinsey memiliki perasaan khusus terhadap Kitty. Tadi Kinsey menyebut nama Katie yang terdengar seperti Cathy. Karenanya mereka mengira Kinsey bertindak emosi dan ingin membalas dendam karena Cathy terluka..     

Memang Kinsey membalas dendam demi adiknya, tapi dendamnya lebih dari itu. Dia membalaskan dendam demi tiga wanita yang berarti baginya. Ibu kandungnya, adik kembarnya dan... Katleen Morse.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.