My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Musuh Berbahaya



Musuh Berbahaya

0Halo para pembaca. Sebelum membaca bab ini, saya mau kasih tahu. Bab ini agak mundur beberapa jam... tepatnya setelah Cathy terbangun dan sedang berkenalan dengan para anggota tim elit. Cathy sedang bersenang-senang dan mengobrol dengan Vincent selama seharian tapi di hari yang sama terjadi masalah di tempat lain.     

Jadi saya memberitahu terlebih dahulu supaya kalian tidak bingung. Mungkin ada 2/3 bab yang membahas situasi di kota asal Cathy, setelah itu baru lanjut ke acara pernikahan Vincent-Cathy.     

Selamat membaca.     

~~~~~♡♡♡~~~~~     

"Apa maksudmu anak itu menghilang?!" Martin memukul salah satu anak buahnya dengan amarah yang besar.     

Martin sudah sabar menunggu selama hampir setahun, akhirnya Catherine keluar dari Red rosemary tanpa pengawasan.. tapi anak buahnya tidak becus untuk menjaga seorang gadis.     

Martin tidak bisa membendung amarahnya dan terus memukuli anak buahnya hingga babak belur. Tidak hanya wajah anak buahnya yang berdarah tapi tangan Martin juga dipenuh darah anak buahnya serta wajah dan tubuhnya berkeringat.     

"Ayah, aku memang tidak peduli dia mati, tapi aku tidak ingin ayah jatuh sakit. Beristirahatlah, biarkan aku yang menanganinya." mungkin orang luar mengira sang anak sangat mengkhawatirkan ayahnya, namun hanya Martin yang tahu, anaknya hanya bersandiwara.     

Anak Martin merupakan pria memiliki rambut coklat kemerahan dengan warna matanya bewarna coklat terang persis seperti yang dimiliki Cathy. Hanya saja sinar mata yang dipancarkan pria ini sangat mengerikan dan penuh dengan ancaman bahaya.     

"Bagaimana kau bisa menanganinya huh?" Martin mengelap tangannya dengan handuk. "Aku bisa saja menghukum semua anak buahku karena telah gagal menyelesaikan perintahku. Tapi jika anakku sendiri yang gagal, aku tidak akan pernah bisa menghilangkan kekecewaanku padamu."     

Anak Martin tersenyum sinis kemudian berjalan santai menghampiri ayahnya.     

"Kapan aku pernah mengecewakan ayah? Yang berhasil memancing Chloe keluar dari Eastern Wallace adalah aku. Yang berhasil membuat Benjamin keluar dari rumahnya juga aku. Meski aku tidak memperhitungkan ponsel Benjamin tertukar dengan anak Regnz, tapi aku berhasil membunuh Chloe." dan juga memutuskan hubungan baik antara Paxton dengan Regnz. Lanjutnya di pikiran dengan senyuman licik.     

"Aku masih memegang kartu As melawan Benjamin, sementara Catherine.. aku memiliki kelemahannya. Aku bisa memancingnya keluar begitu anak itu kembali."     

"Hmph!"     

Martin mengernyit dengan kesal melihat tingkah anaknya. Dia memang mengakui, anaknya yang waktu itu berusia delapan belas tahun sudah bisa membuat rencana licik untuk skenario kematian Chloe. Beberapa hari setelah kematian Chloe, Martin merasakan ada seseorang yang mengincar nyawa putranya.     

Karena itu dia berusaha menyembunyikan keberadaan putranya dan mengirimnya ke luar negeri. Tepat saat anaknya hendak berangkat ke luar negeri, dia mendapat kabar orang yang mengincar anaknya telah menghilang bagai ditelan bumi.     

Sebelumnya dia curiga yang akan mengincar anaknya merupakan salah satu antara Alpha atau Zero. Namun karena mendengar orang tersebut telah menghilang, Martin merasa lega karena menduga orang yang mengincar anaknya pasti bukan kedua orang tersebut.     

Sayangnya baru-baru ini dia mengetahui, orang yang mengincar anaknya sembilan belas tahun yang lalu memang adalah Zero, dan anaknyalah yang berhasil menangkapnya. Kini Zero masih ditawan di suatu tempat yang hanya diketahui anaknya. Hingga saat ini Martin tidak tahu apakah Zero masih hidup atau tidak dalam tahanan milik anaknya.     

Tanpa Martin sadari, dia takut pada anaknya sendiri. Dia takut suatu saat nanti anaknya akan menyingkirkannya disaat dia lemah dan tua. Karena itu dia terus berusaha menjaga kesehatannya dan mengatur kekuasaannya pada para anak buahnya. Dengan begitu Martin masih bisa bertahan dan tidak perlu mengkhawatirkan putranya akan menggulingkannya.     

Yang tidak diketahui Martin, delapan puluh persen mafia miliknya sudah berada dalam kendali anaknya. Hanya menunggu tanda darinya maka semua anggota mafia akan memberontak melawan Martin.     

Beberapa jam kemudian sang anak tiba di markas utamanya dan langsung mengunjungi salah satu sel tahanan di bawah tanah. Sang anak tersenyum sinis begitu melihat seorang pria tua yang sudah beruban duduk dengan lemah. Pria tua itu tampak tidak bertenaga dan tinggal menunggu waktu sebelum kematian menjemputnya.     

"Lihat kondisimu sekarang, sebentar lagi kau akan mati membusuk disini. Bukankah sudah saatnya kau memberitahuku dimana kunci itu? Di dunia ini hanya kau yang mengetahui keberadaan kunci itu. Jika kau mati, tidak akan ada yang mengetahuinya, dan aku bisa melakukan apapun seperti waktu itu. Memancing nona kalian keluar dan...Oh, apa kau tahu apa yang terjadi di kamar hotel saat Chloe masuk kedalamnya? Setidaknya ada sepuluh orang mempermainkannya sebelum dia mati." lanjutnya dengan tertawa mengerikan. "Coba bayangkan, dia mati bukan karena dibunuh tapi karena dinikmati oleh sepuluh anak buahku. Mereka bahkan tidak menyadari wanita itu mati dan masih belum puas memenuhi nafsu. Mereka berusaha membangunkannya dengan kasar bahkan mencakarnya. Bukankah itu lucu? Aku berencana melakukan hal yang sama dengan putrinya. Anak buahku pasti sangat senang, terlebih lagi menikmati tubuh seorang perawan. Bukankah begitu?"     

Tawanya semakin membahana saat melihat sinar mata 'Zero' dipenuhi dengan kebencian yang mendalam. Namun pria tua itu tetap bersikeras membisu dan tidak berkata apa-apa.     

"Mengapa kau memandangku seperti itu? Bukan aku yang membuat Chloe keluar dari rumahnya. Tapi.. Vincentius Regnz. Anak itu yang memancingnya keluar tanpa pengawal. Bukankah kau juga membencinya? Bukankah itu sebabnya kau tidak ingin menyelamatkannya? Karena itulah aku sangat penasaran, mengapa kau berubah pikiran dan menyelamatkannya?" ada jeda sejenak kemudian sinar matanya diselimuti oleh api yang berkobar karena senang.     

"Kenapa aku tidak pernah memikirkannya sebelumnya? Chloe memberikan kuncinya pada Vincent. Hahahahaha.. rupanya begitu. Ternyata sangat mudah sekarang."     

Ekspresi Zero sangat datar dan kini dia memejamkan mata tidak peduli lagi pada anak muda gila didepannya. Mengetahui hal ini tawaan sang 'anak gila' lenyap seketika.     

"Jadi bukan Vincent huh?" ucapnya dengan datar.     

Tadinya dia ingin memancing 'Zero' untuk mengkonfirmasikan bahwa kunci pengaktifan Stealth ada pada Vincent. Tapi dinilai dari sikapnya dan masih terasa bahwa Zero menginginkan Vincent celaka, sepertinya kunci tersebut tidak ada pada Vincent.     

Sang anak mendengus kesal menyadari Zero ingin menggunakan tangannya untuk mencelakai Vincent. Meski dia sangat membenci Vincent karena menghancurkan rencananya yang sempurna untuk membunuh Benjamin, dia tetap tidak akan melukai Vincent. Dia merasa dia bisa menggunakan kemampuan Vincent dan mengajaknya bergabung bersamanya.     

Sayangnya Vincent sudah memilih kepada siapa akan bergabung dan akan melakukan apapun untuk melindungi Catherine. Karena itu, dia menetapkan Vincent sebagai musuhnya.     

Pada akhirnya dia bangkit berdiri dan meninggalkan 'Zero' yang sudah membisu selama belasan tahun di sel tawanannya. Setelah berjalan menjauh dari sana, sang anak menghubungi seseorang.     

"Hai, sekarang kau ada dimana?... Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin bertemu... baiklah, nanti aku akan menjemputmu."     

Setelah memasukkan hapenya dengan senyuman licik, sang anak berjalan menuju ke kamarnya untuk membuat samarannya. Sudah saatnya dia kembali muncul dan melancarkan rencananya. Dia akan membuat Catherine mendatangi markasnya secara sukarela...     

Karena dia memiliki kelemahan Catherine.     

-     

Siang itu, Anna dan si kembar tidak berhenti mengkhawatirkan kakak sulung mereka. Bahkan Owen sendiri juga terlihat gelisah dan senyumannya tampak aneh begitu mengetahui Cathy tidak ada di kamarnya.     

Anna terus berusaha menghubungi ponsel Cathy yang hanya terdengar suara ponselnya sudah tidak aktif lagi. Mereka juga menghubungi Benjamin, tapi paman mereka juga tidak bisa dihubungi karena ada urusan di luar negeri.     

Anna mencoba menghubungi Steve dan Kitty berharap Cathy bersama mereka. Namun karena sepertinya keduanya tidak tahu keberadaan Cathy, Anna meyakinkan mereka bahwa Cathy baik-baik saja. Dia tidak ingin menggangu mereka dan membuat keduanya khawatir. Lagipula mungkin Cathy hanya pergi berbelanja di pasar tanpa membawa tasnya.     

Tapi ini sudah berjalan enam jam semenjak mereka sadar Cathy tidak ada di dalam kamarnya, karena itu Anna sangat khawatir.     

Owen sendiri juga menghubungi anggota serta ketuanya melaporkan situasi Red Rosemary. Dalam sekejap seluruh anggota Alpha beraksi dan mencari tahu keberadaan nona kedua mereka.     

Dari tempat jauh sang 'Alpha' yang tidak sedang memakai topeng merahnya bermain piano klasik di rumahnya dengan santai saat mendengar nada darurat dari alat berbentuk kotak bewarna merah. Dia menghentikan permainannya dan mengambil alat tersebut.     

Setelah membaca isi pesan tersebut, Alpha menghubungi seseorang.     

"Zero, anggotaku panik karena kehilangan jejak nona kedua."     

"Dia sedang bersama Vincent."     

"Vincent? Kupikir dia sedang menjalani misi mengambil data di tempat Martin?"     

"Tampaknya kemarin Martin berhasil menculik nona kedua, dan kebetulan Vincent menemukannya."     

Alpha memijat keningnya karena merasa lelah menghadapi ini semua.     

"Tidakkah kau merasa aneh? Aku yakin Martin memiliki pendukung yang tidak kita ketahui. Bagaimana mungkin tiap kali kita mengirim seseorang untuk menyusup, orang kita selalu gagal? Hingga sekarang kita tidak bisa menemukan sesuatu untuk melawan ular licik itu. Menurutmu orang itu tahu kita mengincar file tersebut dan sengaja menangkap nona kedua? Dengan begitu Vincent tidak jadi mencuri file tapi menyelamatkan nona kedua?"     

Terdengar helaan napas dari ujung sana. "Kau lebih cerewet daripada biasanya."     

Alpha hanya tersenyum mendengarnya.     

"Kau tahu aku benar dalam hal ini. Lebih baik kau selidiki siapapun yang mendukung Martin. Aku akan mengerahkan seluruh anggotaku untuk melindungi para adik nona kedua."     

Setelah memutuskan koneksinya, Alpha menelpon Owen untuk memberitahunya bahwa Cathy sudah aman bersama Vincent. Namun Alpha melarangnya untuk memberitahu siapapun dan bertindak seolah Cathy masih menghilang.     

Alpha juga memberitahunya akan ada beberapa pengawal elit yang akan menjaga ketiga adik Cathy, dengan begitu Martin atau siapapun tidak akan bisa mendekati ketiga adik Cathy dengan mudah.     

"Pastikan tidak terjadi apa-apa pada ketiga adik nona kedua, Owen. Kita tidak akan bisa berbuat banyak jika mereka berhasil menculik salah satu dari adik nona dan memancingnya untuk keluar."     

"Aku mengerti. Aku pastikan mereka akan terlindungi dengan baik."     

Owen mendesah lega mengetahui nona keduanya baik-baik saja. Owen masih menyalahkan dirinya sendiri karena sudah ceroboh sebanyak dua kali. Bagaimana mungkin Cathy bisa dalam bahaya disaat dia ada didekatnya untuk melindunginya? Owen merasa dirinya tidak layak menjadi anggota kepercayaan sang Alpha.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.