My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Hubungan Tak Terpatahkan



Hubungan Tak Terpatahkan

0Aku bertemu dengan seorang anak kecil setelah melahirkan anak kembar. Anak itu berambut hitam pekat serta memiliki warna bola mata hitam. Terkadang saat matanya memandang sesuatu dengan serius, sinar matanya tampak seperti bisa menembus jiwa seseorang.     

Anak itu mengingatkanku pada seseorang. Orang yang pernah mengasuhku dengan kasih dan juga melindungiku dari segala mara bahaya. Bukan karena wajah atau rambutnya yang mirip, tapi tatapan sinar mata anak itu sama persis seperti orang itu.     

Aku tertarik pada anak itu, menyayanginya seperti anakku sendiri. Terkadang saat aku merindukan anak kembarku, aku akan menjadikan anak itu sebagai pengganti kedua anakku. Aku memanjakannya, menyayanginya bahkan memperlakukannya lebih baik daripada adikku sendiri.     

Saat aku tahu anak itu ingin bergabung organisasi gelap keluarga, sebagian diriku merasa bangga padanya. Melihatnya tumbuh besar dari kecil menjadi remaja membuatku bertambah yakin, anak ini pasti bisa menjadi pemimpin yang baik. Bahkan anak ini bisa menjadi penguasa yang akan disegani dan ditakuti oleh lawannya.     

Namun sebagian diriku berkata lain. Aku merasa bersalah karena membiarkannya masuk ke duniaku. Aku bersalah karena dia tidak bisa memasuki proses pendewasaan secara normal. Aku merusak kehidupannya, aku merusak masa depannya. Aku sangat menyesal.     

Jika seandainya aku tidak membiarkannya masuk ke dalam kehidupanku, jika seandainya pintu rumah kubiarkan tertutup untuk orang asing; aku yakin anak itu pasti bahagia dan dipenuhi kasih berlimpah dari keluarganya.     

Saat ini aku menulis surat ini karena aku tahu dalam beberapa jam lagi mungkin aku akan meninggalkan dunia ini. Anak itu mengirimku sebuah pesan darurat mengatakan dia sedang dalam bahaya. Aku tahu bukan dia yang mengirimkannya, aku tahu ini hanyalah pesan palsu untuk memancingku keluar. Tapi aku akan tetap keluar. Alasannya adalah sebelum ini seseorang memberiku pesan berupa ancaman. Jika aku tidak keluar dari tempat ini dalam waktu yang ditentukan, tidak hanya anak itu, tapi kedua adikku akan dilukainya.     

Entah bagaimana caranya orang itu mengetahui keberadaan Daniel. Orang itu bahkan mengetahui putriku beserta anak perempuan adikku. Tentu saja aku tidak bisa tinggal diam, karena itu aku memanfaatkan pesan ini untuk dijadikan sebagai alasanku untuk keluar diam-diam.     

Alasan mengapa aku nekat keluar bukan hanya untuk melindungi orang yang kucintai, tapi karena aku tahu ada seorang dari luar sana berusaha menghancurkan keluargaku. Semula aku berpikir saudara sepupuku yang mengancamku, tapi aku sadar.. ada orang lain yang bertindak lebih mengerikan dari sepupuku. Aku harap aku bisa mencari tahu dan aku akan berusaha mencari cara untuk memperingatkan kalian semua.     

Karenanya siapapun yang membaca surat ini, entah putriku atau anak itu, aku ingin bilang pada anak itu...     

Maafkan aku dan jangan menyalahkan dirimu sendiri atas kematianku. Yang sebenarnya, hidupku hanya tinggal beberapa bulan lagi, sebagian besar organku sudah hancur akibat mengkonsumsi terlalu banyak racun. Aku sengaja menyembunyikannya dari organisasi dan dua sepupuku; Alpha dan Zero. Aku tidak ingin mereka membuat keributan dan menghalalkan segala cara untuk menyembuhkanku. Karena itu aku memilih untuk mati di tangan mereka.     

Setidaknya, jika orang itu merasa berhasil membunuhku, kedua adikku, anak perempuanku dan anak berambut hitam akan aman untuk beberapa waktu ke depan. Mereka memiliki cukup waktu untuk bertambah kuat, dan saat mereka terancam bahaya; mereka sanggup melindungi diri mereka dan orang-orang yang disayangi.     

Sekali lagi aku ingin mengatakan pada anak berambut hitam.. Maafkan aku, aku sangat menyayangimu dan sangat bangga padamu sebagai seorang ibu dan kakak.     

Salam sayang selalu,     

Chloeny Paxton     

-     

Sudah berulang kali Cathy membaca surat dengan tanda RR2 selama enam bulan terakhir membuatnya hapal di luar kepala. Sesaat setelah Cathy serta Vincent menghabiskan makan siang mereka, Cathy memberitahu isi surat itu pada Vincent. Dia merasa curiga surat itu bukan ditujukan padanya ataupun kakaknya, tapi untuk Vincent.     

Semula dia memang ragu warna rambut dan bola mata Vincent apakah bewarna hitam seperti yang dilihatnya, namun saat dia memimpikan seorang anak kecil berambut hitam dengan bola mata hitam; dia menjadi yakin anak yang dimimpinya adalah anak yang dimaksudkan dalam surat itu. Vincent adalah anak yang dimaksudkan ibunya.     

Semenjak Cathy mendengar kisah keluarganya dan membaca surat ibunya, Cathy merasa ingatan yang seharusnya terkubur dan terlupakan, meluap begitu saja dalam bentuk mimpi.     

Walau semua orang bilang mereka berdua tidak ditakdirkan bersama, bagi Cathy justru sebaliknya. Rinrin kecil mengikuti kemanapun Vincent pergi dan anak berambut hitam yang terkenal tidak sabar menghadapi anak kecil, selalu senantiasa menemaninya bermain dengan sabar. Keduanya berpisah dan saling melupakan namun akhirnya bertemu kembali lebih dari dua puluh tahun kemudian.     

Saat bertemu kembali hubungan keduanya tidak berjalan dengan baik sama saat seperti Vincent yang selalu merasa terganggu dengan kehadiran Rinrin kecil. Namun kemudian hubungan mereka semakin dekat tak terpisahkan. Bahkan setelah tidak bertemu selama satu tahun, perasaan keduanya tetap tidak berubah. Justru sepertinya perasaan mereka jauh lebih kuat daripada tahun lalu, apalagi setelah mengetahui apa saja yang sudah terjadi di masa lalu keduanya.     

"Apa yang sedang kau pikirkan? Dari tadi kau diam saja." Cathy bertanya karena tidak tahan dengan kesunyian mereka setelah memberitahu Vincent isi surat RR2.     

"Bukan sesuatu yang penting. Aku hanya menganggap situasiku ironis sekali. Aku merasa bersalah karena mengucapkan kalimat yang menyakitkan mengenai Chloe, sementara dia merasa bersalah karena melibatkanku dalam LS. Aku ingin keluar dari peperangan Paxton disaat sama aku tidak ingin keluar. Jika harus dipikir kembali... Orang yang membuatku terlibat dalam LS adalah aku sendiri. Aku memutuskan untuk bergabung karena keinginanku sendiri dan bukan karena pengaruh siapapun. Meski Lest tidak menawariku untuk bergabung, kurasa aku akan melakukan tindakan di luar akal pikiranku." nyatanya dia memang sudah membentuk tim elitnya sendiri serta membangun Flex group dengan sukses.     

Mungkin jika dia tidak pernah mendapatkan pelatihan dari Lest, Vincent akan memperbesar dan memperkuat usaha bisnis Regnz. Hal ini malah membahayakan seluruh anggota keluarga Regnz, dan bisa jadi akan ada permusuhan antar saudara.     

Karena itulah dia agak sedikit bersyukur pernah mendapatkan pengetahuan dari LS, dengan begitu dia bisa berpikir ulang dan sanggup memikirkan kemungkinan yang akan terjadi kedepannya sebelum bertindak sesuatu.     

"Ibu juga tidak menyalahkanmu. Dia memilih untuk mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan orang yang disayanginya. Dia keluar dari rumah bukan karena pertengkaran kalian, tapi karena itu adalah pilihannya. Sebelum membaca surat itu, awalnya aku membiarkan lainnya mempengaruhiku untuk ikut menyalahkanmu. Kemudian aku merasa curiga ada salah paham yang tak terungkap setelah membaca surat terakhir ibu. Kini, setelah aku mendengar kisah darimu, aku mulai mengerti. Kalian berdua memiliki hubungan spesial yang tidak bisa dipatahkan oleh siapapun. Kalian sama-sama saling menyayangi dan melindungi. Namun cara kalian berlawanan hingga menimbulkan salah paham. Tanpa kalian sadari.. hubungan kalian sudah seperti sebuah keluarga yang sesungguhnya." ungkap Cathy dengan mata berkaca-kaca.     

Melihat ekspresi terharu Cathy, Vincent menarik kepala Cathy mendekat ke dadanya. Kedua tangannya melingkar di bahu Cathy sementara tangan Cathy melingkar di pinggang kekasihnya.     

"Kau tidak tahu seberapa berat tekanan yang kualami semenjak aku mendengar identitas orangtua kandungku. Hari ini semua beban tekanan apapun telah terangkat. Terima kasih Vincent." terima kasih karena telah hadir di kehidupanku. Lanjut Cathy.     

Vincent tersenyum saat menguraikan pelukannya. Setelah mengambil jaket mereka, Vincent menggenggam tangannya, mengajaknya keluar rumah melalui pintu belakang.     

Cathy memandang ke arah halaman belakang dengan tatapan takjub. Di kedua sisi terdapat tanaman seperti rumput yang sangat tinggi hampir setinggi kepalanya dihiasi beberapa bunga kecil diantaranya.     

Angin keras masih terasa tapi tidak sedingin saat dia datang karena angin tersebut terhalang oleh tanaman rerumputan tinggi di kedua sisi.     

"Sebenarnya aku memiliki tekanan batin selama belasan tahun semenjak aku mendapatkan kabar kematian Chloe." ungkap Vincent sambil berjalan santai diikuti langkah kecil Cathy.     

Awalnya Cathy menikmati angin dingin serta bunga-bunga kecil di dua sisinya. Namun saat Vincent berbicara dengan nada serius, Cathy memusatkan perhatiannya pada pria itu.     

"Hampir tiap malam tubuh tak bernyawa Chloe muncul di mimpiku. Waktu itu aku masih amnesia, jadi mimpi itu sangat menggangguku. Tubuhku menolak makanan apapun yang masuk ke dalam mulutku. Aku bahkan sempat mengalami kekurangan gizi kronis. Semua keluargaku terus berusaha memulihkan keadaanku. Aku yakin kau tidak bisa membayangkan keadanku yang menyedihkan dan aku tidak ingin kau melihatnya, karena saat ini..." Vincent berbalik untuk berdiri berhadapan dengan Cathy, masih menggenggam tangannya. "Semua beban tekanan atau apapun yang sudah menghantuiku selama ini telah lenyap. Karena aku bertemu denganmu." lanjut Vincent sambil mengambil tangan Cathy yang lain dan menggenggamnya dengan erat.     

"Terima kasih karena kau sudah lahir ke dunia ini, terima kasih sudah muncul kembali di kehidupanku dan terima kasih... karena membuatku merasa utuh kembali. Di dunia ini tidak ada yang bisa menggantikan posisimu di hatiku dan aku sangat mencintaimu."     

Cathy menatap Vincent nyaris tidak percaya apa yang baru saja didengarnya. Ungkapan Vincent tadi melebihi apa yang diungkapkan pria itu tahun lalu. Cathy tidak sanggup bicara ataupun bereaksi, bahkan dia belum sempat memahami betul suasana diantara mereka saat Vincent menekuk sebelah lututnya dan bersimpu satu lutut dengan mata tetap tertuju pada mata Cathy.     

Angin berdesir dengan kencang dihiasi dengan tanaman rerumputan yang sangat tinggi serta beberapa bunga ditengah-tengahnya. Vincent mengeluarkan sebuah kotak kecil lalu membuka tutupnya dan muncullah sebuah cincin berlian yang terlihat cantik meski tanpa warna dimata Cathy.     

Jantung Cathy berdetak cepat menyadari apa yang sedang dilakukan kekasihnya. Tentu saja dia tidak bodoh dan segera mengerti maksud tindakan pria itu. Air matanya mengalir terharu tepat saat pria itu mengutarakan permintaannya.     

"Menikahlah denganku, Cath. Aku tidak bisa berjanji apakah aku bisa membujuk keluarga kita untuk merestui hubungan kita dalam waktu dekat, tapi aku bisa berjanji, aku tidak akan menyerah atas hubungan kita dan bersama-sama mencari jalan keluar untuk mempertahankan hubungan kita. Karena itu, maukah kau menikah denganku?"     

Cathy ingin menjawab, sungguh dia ingin menjawabnya dan mulutnya sudah terbuka. Sayangnya, suaranya tak bisa keluar karena isakan akibat tangisan haru menghalanginya. Ah, masa bodo dengan suaranya.. Cathy menjawabnya dengan menganggukkan kepala dengan cepat. Tanpa menunggu, Cathy ikut berjongkok dan memeluk leher Vincent dengan erat.     

"Aku mau menikah denganmu." bisik Cathy akhirnya berhasil menemukan suaranya.     

Keduanya bangkit berdiri agar Vincent bisa menyematkan cincin lamarannya ke jari manis Cathy. Kemudian tanpa peringatan apapun Vincent mengangkat tubuh Cathy dengan memeluk bagian paha Cathy dan memutar tubuh mereka membuat Cathy menjerit kaget namun disusul tawa bahagia.     

Rupanya Cathy tidak berhenti terkejut sampai disitu.     

"Kau ingat tadi aku bilang aku punya cara ampuh untuk membuat keluarga kita merestui hubungan kita?" Vincent menurunkan Cathy dan sinar kejahilan di matanya mulai terlihat lagi.     

"Jangan-jangan..." Cathy memandang Vincent dengan curiga.     

"Jika kau bersedia, kita bisa menikah hari ini."     

"Hari ini?!" nadanya terdengar terkejut dan tidak percaya. Namun Cathy merasa senang jika mereka bisa menikah hari itu juga. Lagipula baru beberapa saat lalu dia membayangkan kehidupan mereka sebagai suami istri. Sungguh, bagaimana caranya Vincent bisa membaca semua isi hatinya? "Tapi kita belum mempersiapkan apa-apa."     

"Percaya atau tidak, aku sudah mengaturnya. Sisanya hanya tergantung jawaban darimu."     

Penjelasan Vincent membuat mulut Cathy melebar lebih tidak percaya lagi.     

"Tentu saja acaranya hanya sederhana, tamu kita hanyalah warga sekitar dan teman-temanku. Setidaknya, setelah kita menikah dan mempunyai beberapa anak, mau tidak mau keluarga kita akan merestui hubungan kita." suara Vincent terdengar sangat bersemangat sambil mengedipkan sebelah mata untuk menggodanya. "Tentu saja setelah semua ini berakhir kita bisa mengadakan pesta pernikahan sesuai keinginanmu. Aku ingin mengadakan pernikahan kita yang tak bisa kita lupakan seumur hidup kita."     

Apakah Vincent sedang bercanda padanya? Saat ini saja Cathy yakin dia tidak akan bisa melupakan momen ini seumur hidupnya. Tapi dia juga merasa kalimat terakhir Vincent tadi akan benar-benar terwujud. Dan Cathy sangat menantikannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.